Jakarta, Anetry.Net -- Sejak diluncurkan pada Juli 2020 sebagai Merdeka Belajar Episode 5, Program Guru Penggerak diminati banyak guru.
Saat ini Program Guru Penggerak sudah memiliki tiga angkatan dengan jumlah
2.800 guru per angkatan. Angkatan pertama telah lulus seusai menjalani
pendidikan selama sembilan bulan dalam Program Guru Penggerak.
Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan,
Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Praptono, mengatakan bahwa meskipun
dilakukan seleksi yang ketat, antusias para guru tetap tinggi untuk mendaftar
sebagai Guru Penggerak.
“Setelah kita berjibaku menyosialisasikan, ternyata luar biasa. Kita punya
guru dari berbagai pelosok daerah yang sangat antusias. Angkatan pertama kita
terdiri dari 56 kabupaten dari seluruh Indonesia, dan alhamdulillah respons
dari masyarakat dari angkatan 1 ke 2, 2 ke 3, dan ketika kita melakukan seleksi
untuk angkatan ke-4, luar biasa minat guru kita untuk menjadi Guru Penggerak,”
kata Praptono dalam Silaturahmi Merdeka Belajar episode ketujuh yang
diselenggarakan secara virtual, pada pertengahan September lalu.
Praptono mengatakan, guru yang mendaftar untuk menjadi Guru Penggerak tidak
hanya berada di wilayah perkotaan, melainkan berasal dari berbagai daerah,
antara lain Lampung, Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur, hingga Sorong di
Papua Barat. Proses seleksi dan persyaratan yang ketat tidak menyurutkan
semangat para guru untuk mendaftar sebagai Guru Penggerak.
“Animo tinggi, meskipun kami menerapkan seleksi yang sangat ketat bagi
calon Guru Penggerak mulai dari seleksi administrasi, lalu seleksi tahap 2 dengan
CV dan esai. Bahkan dari seleksi tahap 2, kami sudah bisa melihat bagaimana
guru-guru ini memiliki potensi pembelajaran pada tahap simulasi dan wawancara,”
ujarnya.
Ia menuturkan, target yang dicanangkan Kemendikbudristek untuk Program Guru
Penggerak di setiap angkatan dan di setiap daerah selalu tercapai.
Kemendikbudristek menyeleksi guru-guru di seluruh negeri dari semua jenjang,
mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, hingga SLB. Sementara seleksi untuk Guru
Penggerak di jenjang SMK baru dimulai pada angkatan keempat. Ditargetkan,
jumlah Guru Penggerak hingga akhir 2024 mencapai 405 ribu orang.
“Dari angkatan ke angkatan, sasaran dari implementasi Guru Penggerak ini
berlipat-lipat. Di angkatan 1 sampai 3 ada 2.800 orang per angkatan. Lalu di
angkatan 4 sampai 6 ada 8.000 orang, dan sampai nanti di akhir tahun 2024 kita
menargetkan 405.000 Guru Penggerak,” tutur Praptono.
Ia lalu menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah dalam menyukseskan dan mengembangkan Program Guru Penggerak,
salah satunya kolaborasi dalam aspek anggaran. Saat ini, seluruh pembiayaan
Program Guru Penggerak dibiayai oleh pemerintah pusat.
“Aspek anggaran sangat penting sehingga kita bisa mengimplementasikan lebih
baik dan bersinergi dengan pemda. Hasil evaluasi kami bahwa ada potensi di
daerah yang bisa kita kapitalisasi untuk bisa lebih mendorong implementasi
pendidikan Guru Penggerak, jadi bisa bersama-sama antara pemerintah pusat dan
daerah,” katanya.
Menurut Praptono, kolaborasi menjadi hal penting, karena sektor pendidikan
adalah kebijakan yang sudah diotonomikan ke daerah, maka pemerintah pusat akan
lebih memainkan peran untuk mendorong dan menguatkan potensi yang ada di
daerah. Pendidikan Guru Penggerak angkatan 1 sampai 3 bisa menjadi praktik
baik dan membuktikan bahwa Indonesia memiliki guru-guru berkualitas dari
pelatihan yang dirancang dan diselenggarakan oleh Kemendikbudristek.
“Dengan praktik baik ini saya yakin daerah akan terpanggil untuk
mengalokasikan APBD-nya sehingga ketika sasaran kita semakin besar maka
pembiayaan akan bisa didukung dan didorong pemerintah secara bersama-sama,”
katanya. (sumber:
gtkkemdikbud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.