Ilmuwan dari Berbagai Negara Mentori Peneliti Muda Indonesia - Salingka Nagari

Info Terkini

Post Top Ad


Minggu, 21 Agustus 2022

Ilmuwan dari Berbagai Negara Mentori Peneliti Muda Indonesia


Pekalongan, Anetry.Net
– Sebanyak 29 ilmuwan dari berbagai negara terlibat langsung dalam program Science Leadership Collaborative.

 

Sederet ilmuwan internasional yang menjadi mentor berasal dari berbagai negara mulai Amerika Serikat, Inggris, Skotlandia, Australia, Jerman, dan Indonesia.

Dua puluh sembilan ilmuwan internasional tersebut berasal dari berbagai bidang studi dan kepakaran pada program mentoring. Mereka akan menjadi mentor sejumlah peneliti muda Indonesia selama sembilan bulan ke depan.

 

Program itu digelar dalam rangka mendukung peneliti Indonesia menjadi pemimpin sains kelas dunia di masa yang akan datang, termasuk untuk Indonesia Emas 2045.

 

Salah seorang ilmuwan perwakilan Indonesia adalah Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) yakni Prof. Agus Pramusinto. Melansir laman resmi UGM (16/8), Prof. Agus Pramusinto adalah dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM.

 

Riset-riset yang telah ia lakukan banyak berkontribusi di bidang desentralisasi, pemerintahan lokal, serta reformasi dan inovasi sektor publik di Indonesia.

 

Merespons hal ini, Agus Pramusinto mengaku senang diberikan kesempatan untuk menjadi mentor bersama ilmuwan internasional lainnya dari negara lain. Menurutnya ini adalah kesempatan untuk berbagi pengalaman dan memotivasi peneliti muda Indonesia agar bisa berkiprah di tingkat global.

 

Agus berpesan kepada peneliti muda Indonesia, untuk memiliki semangat dan konsistensi dalam bidang ilmu yang mereka geluti. Peneliti muda juga tidak boleh mudah berputus asa dalam mempublikasikan tulisan hasil riset mereka masing-masing di berbagai jurnal internasional.

 

"Kita harus memiliki passion di bidang yang kita geluti. Kita harus mencintai bidang yang menjadi denyut nadi hidup kita sehari-hari. Dalam dunia penulisan, kita harus tahan banting ketika tulisan kita dikembalikan untuk diperbaiki," tegasnya.

 

"Masih banyak peneliti kita yang merasa bahwa sekali menulis harus langsung publikasi. Ketika diminta memperbaikinya, banyak yang menyerah dan tidak mau melanjutkan untuk memperbaiki dan mempublikasikan," imbuhnya. (sumber: detikcom/ILustrasi by leibniz-inm.de)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad