Kudus, Anetry.Net – Kurikulum Merdeka telah diterapkan dalam dunia pendidikan. Para guru harus menyesuaikan dan menguasai kurikulum tersebut, agar pembelajaran yang diberikan kepada para pelajar dapat semaksimal mungkin.
Untuk itu, Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK) mengadakan sosialisasi
terkait kurikulum merdeka dalam Seminar Nasional Implementasi Merdeka Belajar
dalam Membangun Karakter Anak pasca Pandemi di Era Society
5.0.
Ketua Panitia Penyelenggara Seminar,
Bakhruddin Ahmad menjelaskan, kegiatan tersebut ditujukan untuk mendukung
Implementasian Kurikulum Merdeka (IKM) yang dicanangkan oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik
Indonesia (RI).
“Selain bertujuan untuk belajar yang
benar terkait IKM dari pakarnya langsung. Kegiatan ini juga diadakan dalam
rangka memperingati dies natalis PGSD UMK yang ke-13,” ungkapnya.
Sejumlah 297 peserta mengikuti seminar
tersebut, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen.
Selain itu juga ada 23 pemakalah yang
turut hadir dalam seminar tersebut, baik dari dosen maupun guru pengajar
Sekolah Dasar (SD). Di mana, para pemakalah tersebut mempresentasikan hasil
penelitian mereka terkait IKM di SD.
Kurikulum Merdeka Belajar sangat perlu
disosialisasikan dan disampaikan kepada para mahasiswa PGSD. Utamanya dalam
menghadami era pasca pandemi dan era society 5.0. Apalagi, para mahasiswa PGSD
ini ditujukan untuk menjadi guru kedepannya.
“Dalam seminar tersebut, kami
menghadirkan pemateri yang memang professional di bidangnya. Beliau merupakan
seorang Pakar Kurikulum Merdeka Belajar asal Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY),” ungkapnya.
Pakar Kurikulum Merdeka Belajar Zuhdan
Kun Prasetyo dalam seminar tersebut menjelaskan, pihaknya memaparkan terkait
bagaimana konsep kurikulum merdeka belajar dan upaya guru dalam
mengimplementasikannya kepada para peserta didik. Karena dalam IKM, guru
wajib memahami karakteristik dan gaya belajar para peserta didik.
“Seorang guru harus mampu menyesuaikan
model mengajarnya dan memahami gaya belajar peserta didiknya. Karena
pembangunan karakter anak hanya bisa dibangun melalui pembiasaan-pembiasaan
yang baik dalam proses belajar,” terangnya. (sumber: joglojateng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.