Jakarta, Anetry.Net – Tingkat kegemaran membaca dan indeks literasi di Indonesia selalu saja menjadi sorotan. Pasalnya dari berbagai survei, tak jarang Indonesia berada di urutan bawah.
“Tentunya kita harus lebih memahami ya
data-data dan fakta-fakta realita dari pengukuran indeks literasi masyarakat
itu dan kemudian juga tingkat kegemaran membaca. Jadi, jangan sampai kita juga
nanti salah menangkap ya, seolah-olah semua atau sebagian besar masyarakat
Indonesia itu tidak gemar membaca padahal bisa jadi mereka itu memiliki
motivasi tetapi ada hal-hal lain yang membuat keinginan atau motivasi itu tidak
terealisasi gitu ya,” ujar Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian.
Hal itu disampaikan
Hetifah dalam Rapat Panja Peningkatan Literasi dan
Tenaga Perpustakaan (PLTP) Komisi X DPR RI dengan beberapa kepala dinas
perpustakaan dari beberapa provinsi, di Ruang Rapat Komisi X DPR RI, Nusantara
I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (21/3) lalu.
Hetifah mencontohkan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat literasi di suatu daerah adalah anggaran yang
dialokasikan untuk pengembangan literasi, termasuk perpustakaan. Menurutnya
tidak semua daerah memiliki anggaran yang memadai.
“Kalau pun kita mendapatkan suatu
informasi bahwa suatu daerah memiliki mungkin satu indeks yang dianggap rendah
itu sebenarnya kenapa gitu? Dan ternyata dari tiap daerah kita juga
memahami ya, tidak semua kepala daerah ataupun dari APBD yang misalnya
dimanifestasikan dari anggaran yang dialokasikan itu cukup memadai gitu ya
untuk pengembangan literasi, misalnya untuk perpustakaannya” tambahnya.
“Jadi sebenarnya banyak aspek yang
mempengaruhi bagaimana supaya pembangunan literasi dan juga kegemaran membaca
ini bisa terwujud. Nah ini jadi upaya kita dengan mengundang ya berbagai pihak,
berbagai daerah. Mereka juga bisa menceritakan inovasi yang sudah dilakukan apa
dan tantangan-tantangan dihadapinya apa,” ujarnya.
Legislator Dapil Kalimantan Timur ini
juga menyampaikan bahwa salah satu hal yang dibahas adalah mengenai sumber daya
manusia. Hal ini kemudian juga ikut menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas
literasi dari di suatu daerah.
“Termasuk soal sumber daya manusianya.
Jadi sebenarnya juga ini sangat penting sekali. Misalnya soal jumlah pustakawan
ya, juga jumlah perpustakaan sudah tersertifikasi. Kalau ternyata terlalu
sedikit ya ternyata asesor-nya juga sedikit sehingga prosesnya itu sendiri
berjalan lambat,” jelas Hetifah.
Hetifah menegaskan bahwa rapat Panja tersebut
ditujukan untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut mengenai masalah yang
terjadi di tiap-tiap daerah terkait dengan tingkat literasi. Ia tak ingin hanya
masyarakat disalahkan lantaran tak gemar membaca tanpa mengupas latar belakang
masalah yang terjadi.
Ia mengatakan, Panja diharapkan dapat
menentukan langkah yang tepat termasuk kebijakan dan fasilitasi yang dibutuhkan
dengan permasalahan dan harapan yang disampaikan.
“Jadi kita ingin data-data yang ada itu
kita bedah ya, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih persis ya. Sebetulnya
problemnya itu apa? Jadi kita tidak sekedar menyalahkan masyarakat bahwa mereka
itu tidak gemar gitu ya. Tapi mengapa mereka jadi tidak gemar membaca? Jadi
kita dalami dan apa yang bisa kita lakukan ke depan,
kebijakan-kebijakan apa, bentuk fasilitasi seperti apa itu yang sebetulnya
diharapkan dari adanya Panja ini,” kata Hetifah. (parlementaria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.