ANETRY.NET – Memiliki anak didik yang berakhlak mahmudah adalah keinginan dari semua guru. Hgal itu menjadi tujuan akhir pembentukan karakter anak didik di satuan pendidikan manapun.
Begitu juga dengan penulis, seorang guru
kelas di sebuah sekolah dasar yang pada saat penulis menulis artikel ini
memiliki anak didik sebanyak 26 orang. Terdiri dari 14 orang laki-laki dan 12
orang perempuan dengan karakternya masing-masing. Ada yang periang, pemalu,
pemarah, usil, vokal, suka ribut, dan yang suka mengganggu teman.
Melihat hal seperti itu, ada keinginan dalam hati
untuk mengembalikan lagi insting (garizah)
yang dibawanya sejak lahir. Mengembalikan
kebiasaan tidak baik yang dimiliki oleh beberapa orang anak didik
menjadi anak yang memiliki akhlak mahmudah.
Sebenarnya, akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah
insting (garizah) yang dibawa manusia
sejak lahir. Masalah akhlak adalah pembawaan diri manusia sendiri, yaitu
kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan
dapat juga berupa kata hati atau intuisi, yang selalu cenderung kepada kebenaran.
Namun, akhlak juga tidak selamanya berasal dari pembawaan
diri semata, tetapi perlu juga proses dan pembentukan agar menjadi maksimal dalam
pelaksanaannya yaitu dengan usaha pembinaan pembentukan kerohanian, pembiasaan
dan pembentukan sikap dan minat.
Berbicara akhlak mahmudah, kata mahmudah
itu sendiri berasal dari kata ØÙ…د yang berarti terpuji. Maka pengertian akhlak mahmudah adalah menghilangkan adat
kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama islam serta menjauhkan
diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang
baik, melakukan dengan mencintainya. Maka dari seseorang haruslah membiasakan
untuk berbuat baik dan dalam melakukan perbuatan itu disertai dengan rasa cinta.
Akhlak yang mulia (husnul khuluq) adalah
semua sikap yang mencakup kebaikan, ketaatan dan amal. Pada hakikatnya, akhlak adalah sebuah sifat
dalam nafs yang mendorong seseorang
untuk melakukan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa berpikir sebelumnya.
Akhlak dibagi dua, mulia dan tercela. Secara global yang dimaksud dengan akhlak
mulia adalah hubungan dan persahabatan yang baik dengan Sang Pencipta dan
ciptaan-Nya.
Proses pembentukan akhlak mahmudah dalam pandangan pengantar studi
akhlak, terdiri
atas tiga dasar pembentukan, yaitu pembentukan kerohanian yang luhur,
pembentukan kebiasaan, pembentukan minat dan sikap. Pertama, pembentukan kerohanian yang luhur. Potensi rohaniah yang ada
dalam diri termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata
hati,hati nurani haruslah dibina secara optimal agar benar-benar dalam
pelaksanaannya sesuai dengan ajaran islam. Yaitu kepercayaan diri, di antaranya: 1) Iman kepada Allah, 2) Iman kepada
malaikat-malaikat-Nya, 3) Iman kepada kitab-kitab-Nya, 4) Iman kepada rasul-rasul-Nya, 5) Iman kepada qadha dan
qadar, dan 6)
Iman kepada hari kiamat.
Dari pernyataan di atas, dengan kepercayaan pada rukun iman yang telah
disebutkan, akan
menjadikan manusia bertutur kata dan bersikap akan selalu hati-hati dan penuh
pertimbangan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat lebih-lebih akan diangkat
derajatnya oleh Allah SWT.
Kedua, pembentukan pembiasaan. Pembiasaan ini sesuai pula dengan salah satu dasar-dasar perkembangan
manusia, pembinaan yang lebih banyak memerlukan tenaga-tenaga yang lebih
jasmaniah. Karena lebih mudah dan dapat dilaksanakan dari pada tenaga-tenaga yang
bersifat rohani seperti shalat, mengucapkan sesuatu (hapalan), puasa dan sebagainya.
Pembentukan pembiasaan ini, haruslah diatur secara
terus-menerus agar
menjadi terbiasa. Kalau membiasakan untuk berlaku yang positif, maka hasilnya pun juga
positif. Namun kalau membiasakan untuk yang negatif maka hasilnya juga akan
negatif. Maka dari itu harus selalu berusaha untuk melakukan hal yang positif. Di
sekolah tempat penulis mengajar, anak-anak didik setiap
harinya melakukan pembiasaan dan selalu dilakukan
pengecekan terhadap anak-anak didik tentang pembiasaan yang telah mereka
lakukan.
Ketiga, pengertian pembentukan minat yang sikap. Pengertian pembentukan
meliputi pembentukan minat dan sikap yang tujuannya adalah untuk memberi
pengertian dan pemahaman tentang aktifitas yang akan dilaksanakan serta
menghayati makna ucapan dalam upaya membangkitkan dan memupuk minat, agar
seseorang terdorong kearah perbuatan positif.
Selain itu, pembentukan minat juga
ditujukan untuk mewujudkan sikap istiqamah, sikap yang dibentuk meliputi kecintaan kepada
Allah SWT, dan
segala yang berhubungan dengannya. Dengan adanya pengertian pembentukan, diharapkan akan terbentuklah keteguhan sikap
dan pandangan positif tentang makna dari lafaz yang diucapkan akan terbentuk sikap
diri yang positif seperti menjauhkan dengki, menepati janji, ikhlas, jujur,
suka berkorban, toleran dan sebagainya.
Daftar Pustaka
1. www.ejournal.an-nadwah.ac.id. At-Ta’lim, Jurnal Kajian Pendidikan
Agama Islam e- ISSN: 2656-9728, p-ISSN: 2656-971X, Volume 3, Edisi 1 (April 2021)
2. Asmaraman as, Pengantar Studi
Akhlak. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1994
3. Hamka. Tasawuf Modern, Jakarta: Yayasan Nurul Ihsan)
Penulis: Fifi Gusni, S.Pd.I (UPT SDN 03 Rambatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.