Jakarta, Anetry.Net – Pembahasan Asesmen Nasional (AN) bersama Komisi X DPR RI, berjalan lancar.
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyampaikan
bahwa pada tahun 2021, AN telah sukses dilaksanakan oleh lebih dari 259 ribu
satuan pendidikan, 3,1 juta pendidik, dan 6,5 juta peserta didik Sekolah
Dasar/sederajat hingga Sekolah Menengah/sederajat. “AN ini asesmen historis.
Belum pernah terjadi sebesar ini dan semuanya digital,” tutur Nadiem.
Dilanjutkan Nadiem, salah satu informasi
penting dari hasil survei karakter, yakni adanya korelasi yang tinggi antara indeks
karakter yang tinggi dengan kemampuan numerasi dan literasi yang tinggi.
“Kalau karakter mereka tinggi, numerasi
dan literasi tinggi. Ada pengecualian, tapi rata-rata korelasi antara survei
karakter kita dan pencapaian literasi dan numerasi itu sangat tinggi,”
jelasnya.
Hasil Asesmen Nasional juga menunjukkan
bahwa para guru dipandang peserta didik cukup mendukung secara afektif. “Siswa
menganggap guru-guru cukup percaya dengan potensi murid dan perhatian,” ucap Nadiem.
Namun, terdapat sejumlah tantangan yang
harus diatasi Kemendikbudristek bersama pemerintah daerah melalui dinas
pendidikan, sekolah, dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
“Dalam aspek manajemen kelas, ini masih
cukup rendah. Kita butuh lebih banyak keterampilan mengelola kelas dan
menciptakan metode-metode yang interaktif. Ini hasil langsung dari evaluasi
murid,” ucap Nadiem.
Oleh karena itu, Kemendikbudristek akan
memfasilitasi perencanaan berbasis data sebagai tindak lanjut dari Rapor
Pendidikan yang diterima satuan pendidikan maupun Dinas Pendidikan.
“Kita akan memimpin bimbingan teknis dan
pendampingan penyusunan perencanaan. Sebab, untuk pertama kalinya lewat Asesmen
Nasional dan Rapor Pendidikan, kita mendapatkan evaluasi yang berbasis data
atau data-driven evaluation. Sekarang, setiap kepala sekolah sekarang sedang
melihat hasilnya dan merumuskan cara untuk melakukan perbaikan,” papar Nadiem.
Pemerintah daerah, lanjut Menteri
Nadiem, juga punya basis data untuk semua sekolah dalam wilayah binaannya. “Ini
salah satu project big data terbesar di sejarah Indonesia yang bisa digunakan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita,” ucap Nadiem.
Nadiem kembali menegaskan bahwa Rapor Pendidikan hadir bukan untuk
menghukum satuan pendidikan ataupun dinas pendidikan. “Ini rapor untuk refleksi
dan secara mandiri membenahi isu-isu yang ada. Yang kita harapkan, tahun depan
akan ada perbaikan dari pada tahun ini. Jadi, ini bukan masalah rangking, bukan
masalah menyalahkan, bukan masalah menghukum, tapi ini untuk melakukan refleksi
dan untuk membenahi,” tekannya.
Sementara itu Anggota Komisi X DPR RI, Ratih Megasari Singkarru mengapresiasi dan
mendukung penerapan serta penggunaan Rapor Pendidikan yang dikembangkan oleh
Kemendikbudristek.
“Rapor Pendidikan ini dapat membantu
mengidentifikasi masalah, melakukan evaluasi, serta menyusun kegiatan dengan
berbagai indikator yang ada terkait dengan data yang tersaji di Rapor
Pendidikan Indonesia,” ungkapnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah
Sjaifudian yang juga selaku pimpinan rapat kerja mengungkapkan apresiasi atas
kebijakan terkait pendanaan yang mendorong kemerdekaan pembelajaran.
“Saya ingin mengapresiasi Pendanaan BOP
PAUD, Revitalisasi Bahasa Daerah, dan Dana Abadi Kebudayaan. Ini menunjukkan
Merdeka Belajar bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi sudah memasuki
sektor-sektor kebudayaan,” tutur Hetifah.
Senada, Anggota Komisi X DPR RI dari
dapil Lampung I Muhammad Kadafi menyampaikan apresiasi atas berbagai terobosan
Merdeka Belajar yang ditemuinya dalam kunjungan ke berbagai wilayah di
Indonesia. Terkait penerapan Kurikulum Merdeka, ia berharap agar dapat lebih
banyak sekolah dapat menerapkan kurikulum ini, sehingga pemerataan kualitas
pendidikan segera terwujud.
“Harapannya ini bisa menjadi lompatan
baru bagi pendidikan di Indonesia,” ucapnya. (sumber:
Ditjen GTK)







Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.