Jakarta, Anetry.Net –Banyak orang yang ingin menyadap WhatsApp pihak lain. entah untuk mengetahui isi obrolan atau dengan berbagai tujuan.
Keinginan ini dimanfaatkan dengan baik
oleh penipu untuk mendapatkan keuntungan finansial dari orang yang ingin
menyadap chat WhatsApp dengan mengaku mampu membobol Whatsapp.
Namun, orang yang berniat
menggunakan jasa sadap WhatsApp malah menjadi korban penipuan dengan
berbagai rekayasa sosial dan pada akhirnya bukan hasil sadapan yang didapatkan,
melainkan aksi pemerasan.
Pelaku yang mengaku hacker dan ahli menyadap WhatsApp/media
sosial mengancam korban jika tidak membayarkan sejumlah uang, maka aksi
penyadapan ini akan dilaporkan kepada pemilik nomor yang akan disadap.
Menurut Vaksincom, mendapatkan aksi dari salah
satu penipu yang mencari korbannya melalui Twitter dan memanfaatkan keluguan korban
untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Menurut keterangan dari Vaksincom, dikutip Jumat (13/5) lalu, penipu mengiklankan dirinya mampu menyadap WhatsApp, Facebook,
Instagram dan Twitter dengan kemampuan super dan terpercaya seperti tanpa
menyentuh HP target, tanpa diketahui oleh target, serta privasi aman dan
terpercaya.
Jika korbannya terpancing dan
menghubungi nomor yang diiklankan, maka segala macam bualan dikeluarkan asalkan
korbannya percaya.
"Cukup dengan biaya Rp 500.000,
semua pesan dan panggilan akan tersadap, begitu klaim penipu," tulis
Pengamat Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya.
Dalam menjalankan aksinya, penipu
bermodalkan ketrampilan bakat 'ngibul' yang besar dan beberapa rekening bank
untuk menampung pembayaran korbannya. Rekening bank yang digunakan dalam aksi
yang dilaporkan ke Vaksincom adalah Gopay di CIMB dan rekening BCA Digital.
Meskipun
akun Twitter penipu @jasasadapchat sudah dilaporkan dan diblokir oleh Twitter,
rekening atas nama Listrian Despriana dengan akun BCA Digital dan CIMB atas
nama Gopay Rizki Ramadhan yang digunakan penipu, menurut pantauan Vaksincom
sampai saat ini masih aktif dan belum ditutup.
Korban
penipuan ini cukup banyak dengan kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta
rupiah, terlihat dari banyaknya posting Twitter yang
menginformasikan aksi penipuan yang berujung pemerasan ini.
"Teknik
yang digunakan sebenarnya simpel, menggunakan keawaman korbannya, penipu
menggunakan istilah IT seperti Two Factor Authentication, scan sidik jari dan
beberapa capture yang terlihat seakan proses penyadapan sudah
berhasil dan berjalan di depan mata," ujar Alfons memaparkan.
Dalam
menjalankan aksinya, secara sistematis korbannya akan selalu di iming-imingi
dengan tampilan keberhasilan, namun selalu ada langkah terakhir yang
membutuhkan dana tambahan dan setiap kali dana tambahan dikirimkan, maka akan
muncul lagi masalah lainnya yang membutuhkan dana tambahan lagi.
"Hal
ini akan dilakukan berulang-ulang dan tanpa sadar korbannya akan makin ngebet
untuk mendapatkan hasil sadapan ini dan mengirimkan kembali dana yang
diminta," tutur Alfons.
Sampai
satu titik di mana uang yang dikirimkan sudah sedemikian besar namun hasil
sadapan belum diberikan, serta korbannya marah dan tidak bersedia mengirimkan
uang yang diminta lagi, maka aksi penipuan ini berganti menjadi aksi pemerasan
dan teror.
"Jika
korban tidak mengirimkan uang yang diminta, maka pemilik nomor yang ingin
disadap akan diberitahu bahwa korban ingin menyadap nomor tersebut," ucap
Alfons menambahkan.
Alfons
mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan jangan mudah percaya dengan segala
macam klaim di dunia maya. (source: liputan6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.