Anetry.Net -- Kampung asli Suku Sasak di Nusa Tenggara Barat, Desa Sade menjadi salah satu daya tarik pariwisata Pulau Lombok.
Keunikan adat istiadat, keramahan, dan keanekaragaman
produk budaya Sasak membawa kesan tersendiri bagi pelancong.
Desa Sade adalah salah satu dusun yang ada di Desa Rembitan,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Terletak di antara jalan raya Praya
ke Kuta, sekitar 30 km dari Kota Mataram. Jarak tempuh dari Bandara
Internasional Zainuddin Abdul Madjid sekitar 15 menit dan lima menit dari
kawasan The Mandalika, lokasi Pertamina Mandalika International Street Circuit.
Ketika tim Indonesia.go.id menyambangi
Desa Sade, akhir Maret lalu, penduduk sudah menyambut dengan senyum ramah mulai
dari gapura desa. Seorang pemandu wisata telah siap mengantar masuk ke dalam
kawasan desa.
Para pengunjung terlebih dahulu mengisi daftar tamu. Para
turis tidak ditarik tarif masuk. Oleh pemandu, kami disarankan memberikan uang
seikhlasnya ke dalam untuk membantu operasional wisata Desa Sade.
Kawasan desa adat Sasak ini memiliki sejarah panjang. Eksis
sejak 1.500 tahun lalu. Ketika kami memasuki halaman parkir, sudah terlihat
atap rumah adat yang terbuat dari anyaman bambu berdiri kokoh, di antara
bangunan modern berdinding tembok.
Nuansa tradisional terlihat dari atap genting antik yang
terbuat dari pelepah daun rumbai (ijuk). Bale Tani digunakan sebagai tempat
tinggal penduduk suku Sasak. Sedangkan Bale Lumbung sebagai tempat penyimpanan
hasil bumi. Suasana pedesaan Lombok masa lalu sangat terasa.
Di masa new normal,
aktivitas di Desa Sade tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat, bagi
pengunjung maupun pemandu wisata wajib menggunakan masker dan tetap menjaga
jarak. Erwin, salah satu pramuwisata Dasa Sade, mengatakan bahwa di dalam Desa
Sade itu ada 152 keluarga. Luas kawasan tersebut sekitar tiga hektare.
Di Dusun Sade ini terdapat tradisi kawin culik, para jejaka
harus berani menculik pujaan hatinya untuk mengahiri masa lajang. Sedangkan
para gadis di Dusun Sade diwajibkan untuk bisa menenun. Jika gadis di Dusun
Sade belum bisa menenun, maka tidak diperbolehkan untuk menikah.
Selain itu, bagi para pelancong biasanya digelarkan atraksi
peresean atau tari perang yang dilakukan para pria Sasak Desa Sade. Dua pria
saling berhadapan sambil membawa rotan sebagai penjalin (pemukul) dan tameng
berbentuk segi empat atau ende yang terbuat dari kulit kerbau. Tarian yang
sebenarnya dilakukan untuk meminta hujan pada musim kemarau itu tak akan
melukai lawan atau menumpahkan darah.
Wisatawan yang datang ke Desa Sade harus mentaati aturan yang
telah dibuat oleh pengelola. Ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan wisatawan.
Di antaranya, tidak boleh memakai celana pendek. Ketika ada wisatawan yang
memakai celana pendek, maka akan dipinjamkan kain tenun untuk menutupi
lututnya. Pengunjung juga dilarang teriak-teriak dan menyakiti sesama.
Penting diperhatikan para pelancong. Ada satu rumah yang
tidak boleh dimasuki wisatawan, yaitu rumah tempat penyimpanan pusaka Suku
Sasak. "Selain satu rumah penyimpanan pusaka, seluruh rumah yang ada di
Desa Sade boleh dimasuki wisatawan untuk melihat keunikannya," ujar Erwin.
Ada yang unik dari penduduk Sade, mereka memiliki kebiasaan
melumuri lantai rumah dengan kotoran ternak. Meski terbilang menjijikkan,
penduduk Sasak Sade percaya, lantai yang dilumuri kotoran sapi membuat rumah
mereka suci. Namun, untuk tempat ibadah seperti Masjid, penduduk tidak
menggunakan kotoran kerbau untuk membersihkan lantainya.
Di dalam Desa Sade dijual juga berbagai suvenir ciri khas
Suku Sasak, seperti kain tenun khas motif Lombok dan berbagai jenis pakaian
khas Lombok. Tersedia juga gelang, cincin, mutiara, hiasan dinding, topi,
minuman kopi, dan banyak lagi jenis kuliner. Produk kriya desa ini hampir
semuanya berbasis tenun.
Keunikan lain di dusun adalah pohon cinta. Tanaman pohon
cinta di Desa Sade merupakan pohon nangka yang kini sudah lapuk dimakan usia.
Menurut Erwin, hikayat pohon ini menjadi titik pertemuan sepasang kekasih baik
yang akan memadu cinta maupun yang akan melangsungkan pernikahan. Dari sinilah
para lelaki akan membawa ‘kabur’ calon istrinya. Pohon cinta tumbuh di
tengah-tengah pemukiman desa.
Selain itu juga ada menara yang terbuat dari kayu jati
bertujuan untuk melihat pemandangan seluruh desa dari atas. Menara setinggi 10
meter dibuat tahun lalu. "Diharapkan pengunjung akan lebih banyak lagi
yang akan datang ke desa Sade sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat. Semoga dengan berkunjung ke desa ini ada pemodal dan investor mau
bekerja sama dengan pelaku usaha di Desa Sade," tukas Erwin.
Gebyar MotoGP Mandalika 2022 pada 18-20 Maret lalu turut
mengangkat sentra UMKM dan wisata lokal sekitar Lombok Tengah. Pengunjung Desa
Sade per hari nya melebihi 800 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.