Anetry.Net – Bumi Minangkabau tidak hanya dikenal dengan masyarakat yang religius serta kekayaan budaya seni dan tradisinya.
Minangkabau,
nama yang diambil dari suku terbesar di Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) ini,
juga tersohor dengan kulinernya yang lezat. Kulinernya bisa ditemui di kedai
atau restoran yang biasa disebut dengan rumah makan padang.
Rasanya
hampir di seluruh penjuru kota di Indonesia dapat kita temui rumah makan urang
awak, sebutan untuk orang Minangkabau.
Mengapa
rumah makan padang dan bukan rumah makan Minangkabau? Rupanya ada sebuah kisah
di balik penamaan rumah makan dengan kata "Padang" lebih populer dari
kata Minangkabau.
Termasuk
pula di dalamnya menamai kedai sebagai rumah makan Padang dan itu dipertahankan sampai hari ini.
Bahkan jauh lebih populer dari sebutan lama sebagai lapau nasi, los lambaung atau karan. Lapau adalah bahasa Minangkabau untuk kedai
dan los lambung adalah istilah setempat untuk menyebut warung
makan.
Sejatinya
kedai nasi yang mashur dengan lauk lezatnya berupa rendang itu sudah hadir
sejak akhir abad 19 ketika Padang menjadi ibu kota dari pusat pemerintahan
Hindia Belanda di Sumatra bagian barat, Gouvernement van Sumatra's
Westkust.
Jangan
membayangkan kedainya serupa dengan warung nasi saat ini. Seperti dokumentasi
foto karya Jean Demmeni yang menjadi koleksi Pusat Pustaka Digital Universitas
Leiden Belanda (KITLV), ia memotret aktivitas sebuah kedai nasi di Payakumbuh
pada tahun 1911 lampau.
Terekam
bahwa bentuk kedainya begitu sederhana, terbuat dari susunan beberapa batang
bambu sehingga membentuk rumah-rumahan dengan atap rumbia. Pada beberapa
bagiannya diberi tirai kain sekadar untuk menahan teriknya panas mentari.
Hidangan
lauk pun hanya ditempatkan pada wadah-wadah tembikar besar saja. Bangkunya pun
hanya terbuat dari beberapa bilah kayu yang disusun sedemikian rupa
mengelilingi wadah tembikar berisi lauk. Namun, kondisi itu tidak memutus
selera orang-orang untuk lahap menikmati setiap sajian.
Kembali
lagi ke persoalan nasi Padang, rupa lauk
sebagai teman nasi putih tak hanya rendang saja. Rendang yang didaulat sebagai
lauk nomor satu terenak sedunia lewat jajak pendapat oleh CNN Travel yang
melibatkan 35 ribu orang pada 2017, bukanlah satu-satunya penghias putihnya
nasi padang.
Pemerhati
kuliner Minang, Sri Owen dalam bukunya The Home Book of Indonesia
Cookery yang terbit pada 1976, menyebutkan bahwa setidaknya ada lebih
dari 20 lauk yang siap menjadi teman santap dalam sepiring nasi padang.
Menurut
perempuan kelahiran Padangpanjang yang telah menetap di London, Inggris sejak
1964, lauk-lauk tadi terdiri dari aneka gulai berbahan hewani seperti daging
sapi, kerbau, ayam dan ikan serta beragam sayur di samping pedasnya aneka
sambal.
Kekayaan
rempah seperti kapulaga, jinten, kunyit, jahe, lengkuas, berpadu nikmat dengan
limpahan santan kelapa dan warna-warni alami cabai. Ini akan menghasilkan aroma
lezat menyergap hidung dan siap mengguncang perut-perut lapar kita.
Tak
perlu bingung memilih mana yang akan lebih dulu disantap di antara lebih dari
15 lauk tadi. Saat singgah di rumah makan padang, cukup melihatnya di
area palung atau bagian depan dari kedai yang berkaca lebar. (sumber: indonesiagoid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.