Jakarta, Anetry.Net – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) nilai akurasi data pengukuran stunting sangat penting sebagai tolok ukur percepatan penurunan stunting.
Penguatan dan pengembangan sistem, data,
informasi, riset dan inovasi merupakan pilar kelima dalam strategi nasional
percepatan penurunan stunting.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang disebabkan oleh berbagai faktor. Dampak
stunting pada anak juga dapat berakibat pada aspek kesehatan dan
psikologis anak.
Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo mengatakan,
saat ini ada tiga metode pengukuran stunting yang digunakan.
“Tahun 2022 ini, ketiga alat ukur
stunting ini diperkuat, baik metodenya maupun cakupan pengukurannya. Sehingga
hasil pengukuran data-data stunting ini betul-betul akurat,” kata Hasto dalam
keterangan tertulisnya Jumat lalu.
Ketiga metode pengukuran stunting itu
adalah Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Aplikasi elektronik-Pencatatan dan
Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) yang keduanya dari Kementerian
Kesehatan.
Yang ketiga adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan BKKBN dan Badan Pusat Statistik
(BPS).
Menurutnya, ketiga alat pengukuran stunting tersebut
memiliki metode yang berbeda. Dengan begitu, pengunaan ketiga metode tersebut
akan melengkapi pengukuran prevalensi stunting untuk mencapai target penurunan
stunting 14 persen pada 2024. (sumber: kompascom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.