Jakarta, Anetry.Net – Sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia tentunya melibatkan seluruh elemen rakyat, salah satunya perjuangan dalam bidang pendidikan.
Bukan hanya perjuangan fisik, pendidikan
memiliki peran penting pada pergerakan nasional. Peran
pendidikan sendiri bisa dilihat dari pemikiran kritis para tokoh dan berbagai
diplomasi.
Mulanya,
pendidikan di Indonesia diinisiasi oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun
1847. Saat itu, penyakit menular seperti kolera, tifus, dan disentri mulai
merebak. Sebagai langkah penanganan dan pencegahan,
pemerintah Hindia-Belanda memberikan pelatihan "juru suntik" bagi
pemuda yang kelak menjadi penyuluh kesehatan di daerahnya masing-masing.
Dikutip dari
laman resmi Direktorat Sekolah Menengah Pertama, pemerintah Hindia-Belanda
mulai merencanakan pendidikan kedokteran dengan sistem pendidikan selama 3
tahun.
Pada
pelaksanaannya, dikeluarkan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1856
tertanggal 11 Mei 1856. Para lulusan sekolah tersebut mendapatkan gelar
"Dokter Jawa", oleh karenanya sekolah itu disebut sebagai
"Sekolah Dokter Jawa".
Politik Etis
atau Politik Balas Budi yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda semakin
memberikan celah bagi rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Dalam trilogi
Politik Etis, Belanda memberikan tiga kebijakan pada rakyat pribumi, yaitu
irigasi (pengairan), migrasi (perpindahan penduduk), dan edukasi (pendidikan).
Kemudian,
pendidikan memiliki dampak
yang paling signifikan terhadap perubahan. Kala itu, para pemuda Indonesia
banyak mendapatkan pendidikan sistem Barat. Bukan
hanya pada bidang kedokteran, namun juga pengetahuan umum seperti ilmu bumi,
sejarah, dan lain sebagainya.
Meski
pelaksanaannya cukup diskriminatif dan selektif, namun dampak pendidikan
dinilai cukup positif bagi bangsa Indonesia. Wawasan kebangsaan dan rasa cinta
tanah air semakin mendalam, sehingga terjalin rasa persatuan dan kesatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.