Jakarta, Anetry.Net – Tahapan penilaian akhir semester (PAS) di tahun pelajaran 2022/2023 telah hampir rampung. Khusus untuk e-Raport Kurikulum Merdeka, di daerah mulai kisruh.
Beragam pendapat
bermunculan di daerah terkait penggunaan aplikasi e-Raport yang beberapa hari
lalu telah diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi (Kemdikbudristek). Bahkan ada
daerah yang sudah mencetak rapor manual khusus untuk Kurikulum Merdeka.
Di sinilah kisruh
dimulai. Disebabkan penginputan penilaian raport Kurikulum Merdeka di aplikasi
e-Raport yang memang membutuhkan waktu, sebagian guru malah mendukung
penggunaan rapor manual untuk kelas yang menjalankan Kurikulum Merdeka.
Dengan berbagai
alasan, termasuk telah adanya kebijakan daerah, dalam hal ini dinas pendidikan,
membuat rapor manual berupa rapor cetakan, para guru yang tidak mau disibukkan
dengan e-Raport menginginkan penggunaan rapor manual tersebut.
“Ini jelas pembangkangan
terhadap kebijakan nasional. Kalau ada daerah yang mencetak rapor manual untuk
kelas yang menjalankan Kurikulum Merdeka, tentu sudah berlawanan dengan
kebijakan Kemdikbudristek yang telah susah payah menyiapkan aplikasi raport
elektronik,” demikian ungkap Nova Indra, CEO P3SDM Melati saat dihubungi media
Anetry.Net melalui pesan singkat, Rabu (7/12).
Menurutnya, jadilah
guru yang patuh pada ketentuan yang sudah ada. “Tidak perlu membangkang pada
suatu kebijakan yang positif untuk dunia pendidikan. Jalankan saja, karena itu
tugas yang diemban oleh seorang aparatur negara,” sambungnya.
Kalau urusan e-Raport
dipersoalkan hanya karena terlalu banyak yang harus diinput, ditambah adanya
rapor manual sudah disipakan dinas pendidikan, nanti jangan marah kalau
pemerintah pusat menghentikan tunjangan.
“Ini aneh, ada guru
yang bersitegang agar rapor manual dipakai karena sudah disiapkan daerah, nanti
kalau tunjangan profesi guru dihapus Kemdikbud malah ngamuk ke pemerintah pusat.
Kan lucu negeri ini kalau ada guru-guru seperti itu,” tegas Nova lagi.
Menurutnya, memang
dari berbagai sisi ada kelemahan dan kekurangan yang masih terus berlanjut
dalam dunia pendidikan tanah air, tapi kalau guru sudah memilih mana yang lebih
mudah tanpa mau bersusah payah, kehancuran dunia pendidikan akan makin nyata.
“Kalau guru yang
menjadi aparatur sipil negara sudah begini, jangan harap dunia pendidikan akan
makin bagus. Anda yang membangkang pada aturan sebenarnya sudah tidak layak
jadi abdi negara,” pungkasnya. (d’)








Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.