Palembang, Anetry.Net – Kemdikbudristek lakukan percepatan Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) dan BOP Pendidikan Kesetaraan.
Fleksibilitas penggunaan dana BOP juga
diberikan untuk memudahkan lembaga pendidikan memenuhi kebutuhan lembaganya
sesuai dengan prioritas masing-masing. Di Palembang, Sumatra Selatan, misalnya,
ada Kelompok Belajar (KB) yang memanfaatkan dana BOP PAUD untuk
menyelenggarakan kegiatan edukasi mengenai stunting melalui
penyuluhan kepada orang tua.
Kepala KB Kasih Ibu Jakabaring,
Mardalena, mengatakan pada tahun ini satuan pendidikannya berinisiatif
mengadakan kegiatan penyuluhan mengenai stunting untuk para wali murid. Hal
tersebut diputuskan melalui kesepakatan dalam rapat bersama antara guru-guru
dengan orang tua.
“Kami setiap bulan ada rapat untuk
rencana kegiatan, lalu kami bilang kepada wali murid. Kami tanyakan di rapat.
Kebetulan di ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) juga ada
tentang stunting.
Kami juga sepakat setelah dibicarakan dengan guru-guru,” ujarnya dalam
pertemuan di SKB Kota Palembang, Selasa lalu.
Mardalena menuturkan, KB Kasih Ibu juga
berkoordinasi dan bekerja sama dengan puskesmas untuk menyelenggarakan kegiatan
tersebut. Puskesmas pun menyambut baik karena edukasi mengenai stunting juga
menjadi program prioritas puskesmas.
“Saya rasa mereka (puskesmas) lebih
paham tentang stunting. Mereka bisa menjelaskan lebih
terperinci daripada kami selaku guru atau tutor. Kami sadar bahwa pemahaman
orang tua terhadap stunting itu sangat penting,”
tuturnya.
Dari tahap perencanaan, persiapan,
hingga penyelenggaraan kegiatan, Mardalena mengikuti panduan penggunaan dana
BOP dari Kemendikbudristek. Ia mengatakan, di dalam panduan tersebut sudah
tercantum secara teknis cara penggunaan dana BOP untuk menyelenggarakan
kegiatan penyuluhan atau edukasi.
Dana BOP dapat digunakan untuk membayar
honor narasumber, biaya rapat dengan guru-guru untuk persiapan kegiatan, dan
biaya transportasi untuk orang tua yang hadir.
“Kami bilang dulu sama puskesmas, butuh
berapa narasumber untuk penyuluhan stunting. Lalu ada snack dan
uang transport untuk wali murid. Waktu mereka kan sudah terpakai oleh kami.
Seharusnya setelah mengantar anak bisa langsung pulang. Jadi kami berikan uang
untuk mengganti waktu dan transport agar mereka semangat,” kata Mardalena.
Ia mengatakan, pihaknya tidak kesulitan
dalam mengikuti panduan atau petunjuk teknis mengenai penggunaan dana BOP
karena semua sudah tercantum di dalamnya. Ia dan guru-guru di KB Kasih Ibu pun
tinggal mengikuti panduan tersebut dan sadar bahwa mereka tidak bisa
sembarangan dalam menggunakan dana BOP. Semua harus sesuai dengan peraturan.
“Semuanya sudah diatur dalam panduan BOP
tadi. Tidak bisa menurut pandangan kami saja. Jadi laporan kami ke dinas
pendidikan dan BOP Salurnya juga tidak ada masalah,” ujarnya.
Menurut Mardalena, kegiatan edukasi
mengenai stunting direspons
dengan baik oleh para wali murid. Hal tersebut terlihat dari semangat mereka
saat mengikuti kegiatan dan bertanya kapan lagi bisa diselenggarakan kegiatan
serupa.
Mardalena menambahkan, selain untuk
kegiatan penyuluhan stunting, KB Kasih Ibu juga menggunakan dana BOP
untuk membayar honor guru dan membuat Pojok Baca untuk anak-anak.
“Alhamdulillah guru-guru terbantu, jadi
mereka sedikit senang, ada tambahan. Kemudian selain Pojok Baca, anak-anak juga
kami berikan buku paket untuk belajar,” katanya. (laman kemdikbud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.