Batam, Anetry.Net – Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Waryono ungkap pentingnya pembelajaran dasar kepada anak untuk memahami Al-Qur’an.
Dia berharap, pendidikan Al-Qur'an tidak
hanya berhenti pada mengajari anak-anak untuk membaca saja. Hal ini
disampaikan Waryono saat memberikan sambutan pada Halaqah Kemanusiaan dan
Kebangsaan bagi Penyelenggara Pendidikan Al Qur'an, di Batam, Kepulauan Riau.
Halaqah diikuti perwakilan Kepala Bidang
Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag DIY, Jateng, Jatim, dan
Kepri. Hadir juga, perwakilan pesantren, akademisi bidang Al-Qur’an dari IIQ,
MUI, dan beberapa PTKI.
Kegiatan yang berlangsung tiga hari, 8 -
10 Desember 2022, ini bertujuan untuk membumikan Al-Qur’an dan menumbuhkan rasa
cinta terhadap bangsa dan tanah air melalui pendidikan Al-Qur’an.
Waryono menyambut baik bermunculannya
lembaga pembelajaran Al-Qur'an. Namun demikian, dia memastikan bahwa itu harus
tetap berdasarkan regulasi.
“Saya sangat mendukung adanya penjenjangan pada Lembaga Pendidikan
Al-Qur’an (LPQ). Adanya rencana regulasi tentang jenjang tersebut dalam rangka
untuk memberikan ajaran dasar memahami Al-Qur’an," tegas Waryono di Batam,
Jumat (9/12).
"Karena tentunya semakin tinggi
keilmuan untuk pemahaman Al-Quran, maka tingkatnya lebih tinggi lagi dari hanya
membaca. Terkait topik kemanusiaan dan kebangsaan ini salah satunya,” lanjut
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Waryono juga bicara tentang gerakan
moderasi beragama yang menurutnya belum menyentuh akar rumput. Wilayah
Indonesia yang sangat luas dengan transportasi masih serba terbatas, menjadi
salah satu tantangan yang dihadapi dalam menggalakkan gerakan moderasi beragama
ini. Tentunya ia mengimbau para pihak terkait untuk saling bekerja sama.
Kegiatan ini merekomendasikan perlunya
modul atau panduan praktis di lapangan terkait isu-isu kemanusiaan dan
kebangsaan dalam perspektif Al-Qur'an, terutama untuk para penyelenggara
pendidikan Al-Quran.
Pembicara yang hadir dari kalangan
pesantren Al-Quran dan perguruan tinggi Al-Quran, antara lain: Gus Asid dari
Pesantren Krapyak Yogyakarta dan M. Ulin Nuha dari IIQ Jakarta. (kemenag)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.