Jakarta, Anetry.Net —Penyelenggaraan seri webinar ketujuh Implementasi Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar oleh Ditjen GTK, bertujuan memudahkan para pendidik dan komunitasnya untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Acara ini memberikan penguatan serta pemahaman tentang
penerapan Kurikulum Merdeka dan pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar sesuai
dengan kebutuhan jenjang masing-masing sekolah dengan mengangkat tema
“Komunitas Belajar yang Mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka”.
Direktur Guru Pendidikan Dasar, Rachmadi Widdiharto
mengatakan bahwa setelah Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar
diluncurkan dalam Merdeka Belajar Episode 15 pada bulan April lalu,
Kemendikbudristek mengupayakan untuk memfasilitasi satuan pendidikan yang ingin
menerapkan, mencoba, mempraktekkan, dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
secara mandiri.
“Kita buka pendaftaran sambil kita lihat kesiapan mereka.
Ada tiga pilihan di sana dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, yaitu
Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi. Hingga tanggal 30 April
lalu telah terdaftar 143.265 satuan pendidikan,” terang Rachmadi Jumat pekan
lalu.
Rachmadi mengatakan bahwa keinginan, harapan, dan
komitmen para guru-guru di satuan pendidikan yang mendaftar dan ingin
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara mandiri begitu tinggi. Menjawab
antusiasme tersebut, Kemendikbudristek memfasilitasinya dengan Platform Merdeka
Mengajar untuk membantu dan memandu satuan pendidikan dalam mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka.
“Harapannya kita ingin platform ini dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Pendekatan Kurikulum Merdeka memang berbeda pendekatannya
dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum tahun 2013 dengan bertingkat (cascading)
yang rigid, kali ini lebih sederhana dengan langsung belajar di Platform
Merdeka Mengajar. Pendekatannya lebih berbasis teknologi tinggi (hitech),”
kata Rachmadi.
Yenni Puspandari dari Komunitas Belajar Sinau Bereng yang
mengajar sebagai guru di SMPN Negeri 1 Prambanan, menceritakan pengalaman dalam
beraktivitas di komunitas belajar dalam mendukung Implementasi Kurikulum
Merdeka. Ia mengungkapkan bahwa komunitas mereka merupakan sebuah ruang untuk
mengobarkan semangat dalam melakukan perubahan.
Yenni mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan
sesuatu yang baru sehingga ketika awal sekolah mereka ingin mengimplementasikan
muncul beberapa seperti permasalahan terkait dengan pelaksanaan, cara
mengkomunikasikan, dan cara menyusun kurikulum tersebut.
“Bersama rekan-rekan di sekolah, kami berupaya
menyelesaikan persoalan ini dengan waktu yang sangat terbatas. Hal itu di karenakan
hampir semua guru mempunyai beban mengajar yang berlebih sehingga kami hanya
mempunyai waktu di sela-sela jam mengajar,” terang Yenni.
Ia mengatakan memang sudah ada diklat-diklat mengenai
implementasi Kurikulum Merdeka. Namun, masih ada masalah dalam implementasi
kurikulum tersebut di lapangan sehingga ia mendirikan komunitas belajar dan
sering kali mendapat dukungan dari kepala sekolah.
“Dalam komunitas, kami ada beberapa penggerak termasuk
kepala sekolah, dan beberapa rekan hebat dalam menangani permasalahan terkait
implementasi Kurikulum Merdeka. Komunitas kami beragam, ada satu guru yang
mengajar di tiga sekolah juga, tapi kami mencari kesepakatan waktu yang tepat
untuk bertemu,” terang Yenni.
Sementara itu Zulfikar Hermawan, Tenaga Ahli Teknologi
Kemendikbudristek mengatakan, Platform Merdeka memang difungsikan sebagai
platform edukasi yang di dalamnya terdapat tiga fungsi utama, yaitu membantu
guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya. Ia mengatakan bahwa platform ini
bertujuan untuk mempermudah guru mengajar sesuai kemampuan murid, menyediakan
pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, serta berkarya untuk menginspirasi
rekan sejawatnya.
“Untuk itulah dihadirkan empat produk dalam Platform
Merdeka Mengajar, yaitu Asesmen Murid, Perangkat Ajar, Pelatihan Mandiri, dan
Bukti Karya Saya. Empat produk tersebut akan membantu memudahkan guru untuk
melaksanakan aktivitas mengajar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka,” kata
Zulfikar.
Pada bulan Juni mendatang akan diluncurkan fitur baru
yaitu Komunitas Belajar. Kegiatan ini diselenggarakan agar guru-guru yang sudah
bisa belajar secara mandiri dapat mengontekstualisasikan apa yang telah
dipelajari dan saling berbagi praktik baik antarsekolah.
“Target penggunaan fitur ini adalah guru-guru yang ingin
belajar dengan guru lainnya. Di sini nantinya, guru-guru juga dapat mengikuti (follow) komunitas
lainnya. Kita menampung harapan guru-guru supaya mendapat wadah berdiskusi
dengan sekolah-sekolah lainnya. Tidak hanya antar sekolah, nantinya bisa
antarprovinsi,” terang Zulfikar.
Sementara itu Medira Ferayanti selaku Kepala Kelompok
Kerja Program Sekolah Penggerak Kemendikbudristek mengungkapkan bahwa komunitas
belajar memang sangat dibutuhkan agar guru-guru dapat saling berinteraksi dan
berbagi informasi.
“Dengan komunitas belajar, guru-guru dapat berinteraksi
secara rutin untuk mendorong implementasi Kurikulum Merdeka. Selain itu
komunitas dapat mendorong anggota agar selalu mendorong untuk meningkatkan
diri,” terangnya. (source: kemdikbudgoid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.