Jakarta, Anetry.Net – NASA kembali meluncurkan pesawat tanpa awaknya ke Bulan dengan nama Artemis 1.
Pada misi ini, Artemis 1 NASA hanya membawa
tiga manekin untuk eksperimen biologis yang beraneka ragam dalam perjalanan
luar angkasa lebih jauh dari yang pernah dilakukan manusia sebelumnya.
Diketahui, Artemis 1 adalah uji terbang
tanpa awak dari megaroket Space Launch System (SLS) besar dan pesawat ruang
angkasa Orion.
Pesawat ruang angkasa Orion, yang
ditumpuk di atas roket, mulai bergerak di keluarkan dari Gedung Perakitan
Kendaraan KSC. Tiga kursi di kapsul Orion akan ditempati oleh manekin yang
dirancang khusus.
Masing-masing manekin itu diberi nama. Satu,
bernama Komandan Moonikin Campos, dilengkapi dengan sensor untuk menguji
tekanan yang akan dialami astronot di penerbangan masa depan.
Yang kedua dan ketiga adalah manekin
torso, atau phantom bernama Helga dan Zohar, dengan tugas akan mengembalikan
data paparan radiasi selama perjalanan.
Sistem ini akan menjelajahi lingkungan
radiasi di dekat Bumi dan bulan, termasuk terbang di luar angkasa yang lebih
dalam dari misi Apollo, selama lebih dari sebulan.
Para ilmuwan mengatakan, bergerak di
luar sabuk radiasi pelindung Van Allen di dekat Bumi yang melindungi astronot
Stasiun Luar Angkasa Internasional dari sinar kosmik akan menyebabkan
peningkatan risiko bagi anggota kru di masa depan yang menjelajah untuk misi
bulan.
“Memahami ini sangat penting untuk upaya
eksplorasi ruang angkasa yang sukses dan berkelanjutan di luar angkasa,” kata
Ramona Gaza dari Johnson Space Center NASA dalam briefing yang disiarkan
langsung Rabu 17 Agustus 2022 seperti ditulis laman Space.com, Kamis (18/8)
lalu.
Ramona Gaza memimpin tim sains Matroshka
AstroRad Radiation Experiment (MARE), yang juga termasuk penyelidik dari DLR
(badan antariksa Jerman).
MARE akan menerbangkan dua manekin torso
yang disebut Helga dan Zohar ke luar angkasa yang dilengkapi dengan 5.600
sensor untuk mengukur radiasi.
Dari keduanya, hanya Zohar yang akan
mengenakan rompi pelindung radiasi AstroRad. Kedua "anggota kru" akan
bergabung dengan "moonikin" yang dinamai menurut insinyur Apollo 13
Arturo Campos.
Tugas lainnya adalah mengambil informasi
tentang akselerasi dan getaran, Campos memiliki dua sensor radiasi untuk
melihat akumulasi paparan yang akan dibawa misi bulan.
Selain humanoid, sel ragi akan terbang
di atas Artemis 1 untuk melihat bagaimana makhluk hidup bereaksi terhadap
radiasi.
Cubesat BioSentinel akan menerbangkan
eksperimen biologi di luar sistem Bumi-bulan untuk pertama kalinya, menilai
bagaimana sel ragi dipengaruhi oleh radiasi ruang angkasa.
“Kami berharap dapat mengekstrapolasi
sumber daya untuk biologi manusia dan menginformasikan tindakan pencegahan
potensial untuk misi masa depan,” kata ilmuwan utama Sergio Santa Maria, dari
Pusat Penelitian Ames NASA, tentang BioSentinel.
Para ilmuwan akan terus mempelajari emisi matahari menggunakan cubesat lain
yang disebut CubeSat untuk Mempelajari Partikel Surya (CuSP).
Misi tersebut akan memeriksa partikel
dan medan magnet yang berasal dari matahari, yang juga dikenal sebagai angin
matahari. Angin matahari tidak hanya memiliki relevansi dengan kesehatan
manusia di luar angkasa, tetapi juga di Bumi.
Hal itu karena peristiwa cuaca luar
angkasa yang besar seperti lontaran massa korona dapat memengaruhi saluran
listrik, satelit, dan infrastruktur penting lainnya bagi fungsi manusia di Bumi.
CuSP akan menjadi eksperimen sebelum
kemungkinan rencana untuk menempatkan armada cubesats ke luar angkasa untuk
melihat radiasi matahari dari berbagai sudut, kata Mihir Desai, peneliti utama
CuSP di Southwest Research Institute.
“Dalam beberapa hal, ini akan menjadi pelopor atau pencari jalan menuju konstelasi potensial dari cubesats berbiaya rendah yang dapat melakukan pengukuran dengan cara yang sangat hemat biaya,” katanya. (sumber: sindonews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.