Tidak hanya itu, Pustaka Bergerak juga
dinilai menjadi solusi di tengah kegersangan ide kreatif dan literasi untuk
kesejahteraan. Kehadiran Pustaka Bergerak adalah upaya mendatangi masyarakat
luas, khususnya di daerah yang memiliki keterbatasan akses informasi dan
transportasi terbatas.
Para relawan literasi yang menggerakkan
Pustaka Bergerak, menggunakan ide kreatifnya menggunakan beragam medium seperti
perahu, kuda, gerobak, kereta, pedati, ojeg, motor, becak, bemo, ransel,
sepeda, keranjang rotan, hingga noken, untuk menyalurkan bahan bacaan.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya
Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Deni Kurniadi, menyatakan hingga
saat ini, telah terhimpun sebanyak 2.897 simpul pustaka dari Aceh hingga Papua.
“Secara sederhana, eksistensi Pustaka
Bergerak adalah gerakan literasi yang menumbuhkan toleransi,” jelasnya dalam
Pembukaan Pameran Pustaka Bergerak sekaligus talkshow dengan Penggerak Literasi Bicara: Berbagi Rasa Merdeka
yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa lalu.
Deni menegaskan, budaya literasi menjadi
hal yang fundamental. Karena melalui literasi akan terwujud masyarakat
berpengetahuan yang inovatif, kreatif dan berkarakter.
“Penguasaan literasi yang mumpuni akan
membantu manusia secara personal dan komunal dalam menghadapi perkembangan
dunia yang semakin hari semakin complicated dan smart,” urainya.
Sementara itu pendiri Pustaka Bergerak Indonesia Nirwan Arsuka menyebut, kolaborasi
antara pihaknya dan Perpusnas, dimulai sejak 2016.
Dia mengakui dukungan dan pendampingan
yang diberikan dalam mendukung kegiatan para pegiat literasi di Pustaka
Bergerak, sangatlah besar. (berita dan foto: perpusnas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.